Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orang Tua tentang Risiko Karies pada Siswa Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri 1 Gianyar

  • Ayu Bintang Rena Sanjiwani Budhiarta Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
  • Luh Wayan Ayu Rahaswanti Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
  • Mia Ayustina Prasetya Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
Keywords: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Risiko Karies, Anak Berkebutuhan Khusus

Abstract

Background: Indonesia has a particularly high prevalence of caries and only 10,2% of Indonesian have access to dental professionals. Children with special needs are often vulnerable due to dependency on their parents. Parents’ roles are important for children with special needs. In Gianyar, Bali, there are very limited data assessing caries experience in special needs children and their parents’ influence on it. Therefore, it is important to know parents’ levels of knowledge, attitude, and behaviour regarding caries risk for their children.

Method: This research was conducted using a descriptive quantitative with cross-sectional approach. 110 parents of special needs children were interviewed with a questionnaire.

Result: More than half of the parents with special needs children had a good level of knowledge, 28,20% had moderate and 3,60% had a poor level of knowledge about caries risk in their children with special needs. Parents’ level of attitude split into two groups: 72,20% had good and 27,30% had moderate levels of attitude towards caries risk. There are no parents with poor attitude found in this research. Lastly, parents’ level of behaviour about caries risk split into two main groups: 58,20% had favourable, while 39,10% had moderate behaviour regarding caries risk. Only 2,70% of the parents have unfavourable behaviour.

Conclusion: Majority of the parents with special needs children had good level of knowledge and the parents’ level of attitude regarding caries risk also tend to be good. Parents’ level of behaviour was splitted into two major category which are favourable and moderate.

 

Pendahuluan: Indonesia memiliki prevalensi karies yang sangat tinggi dan hanya 10,2% penduduk Indonesia yang memiliki akses ke dokter gigi. Anak berkebutuhan khusus seringkali rentan karena ketergantungan pada orang tua dan peran orang tua penting bagi anak berkebutuhan khusus. Di Gianyar, Bali, sangat terbatas data yang menilai pengalaman karies pada anak berkebutuhan khusus dan pengaruh orang tua terhadapnya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua mengenai risiko karies pada anaknya.

Metode: Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. 110 orang tua dari anak berkebutuhan khusus diwawancarai dengan kuesioner.

Hasil: Presentase orang tua dengan anak berkebutuhan khusus memiliki tingkat pengetahuan yang baik, sementara 28,20% memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 3,60% memiliki tingkat pengetahuan yang buruk tentang risiko karies pada anak berkebutuhan khusus. Tingkat sikap orang tua dibagi menjadi dua kelompok: 72,20% memiliki sikap baik dan 27,30% memiliki tingkat sikap sedang terhadap risiko karies. Tidak ada orang tua dengan sikap buruk yang ditemukan dalam penelitian ini. Terakhir, tingkat perilaku orang tua tentang risiko karies dibagi menjadi dua kelompok utama: 58,20% memiliki perilaku yang baik tentang risiko karies, sedangkan 39,10% memiliki perilaku sedang tentang risiko karies. Hanya 2,70% orang tua yang berperilaku kurang baik.

Simpulan: Mayoritas orang tua anak berkebutuhan khusus memiliki tingkat pengetahuan tentang risiko terjadinya karies gigi baik dan sikap orang tua anak berkebutuhan khusus juga cenderung baik. Orang tua anak berkebutuhan khusus mayoritas terbagi menjadi dua kelompok perilaku besar tentang risiko karies gigi.

Author Biographies

Ayu Bintang Rena Sanjiwani Budhiarta, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Luh Wayan Ayu Rahaswanti, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Mia Ayustina Prasetya, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Published
2023-01-05
Section
Original Article